PALEMBANG—Pemprov
Sumatra Selatan berencana mengganti proyek monorel Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II—Jakabaring dengan proyek Light Rail Transit (LRT) atau
kereta api rel listrik dengan gerbong pendek.
Gubernur Sumatra
Selatan Alex Noerdin menilai pembangunan LRT lebih efektif mengurangi
tingkat kemacetan akibat padatnya kendaraan bermotor di Sumatra Selatan
ketimbang proyek monorel Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II—Jakabaring.
“Kementerian
Perhubungan sangat mendukung. Rencananya, jalur kereta listrik
sepanjang 24,5 km itu akan mulai dibangun pada tahun ini. Kami
memperkirakan proyek itu rampung sebelum Asian Games 2018 mendatang,”
ujarnya, Jumat (6/3/2015).
Alex menambahkan proyek LRT itu akan
menggunakan dana kerja sama pemerintah dan swasta (KPS). Namun, pihak
swasta menginginkan kompensasi yang lebih besar mengingat biayanya tidak
sedikit. Adapun, dana APBN yang akan dialokasikan diperkirakan sebesar
Rp550 miliar.
Sekretaris Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Provinsi Sumsel Uzirman Irwandi mengatakan pembebasan lahan
tidak akan menjadi masalah mengingat lahan untuk proyek LRT sudah
disediakan oleh Pemprov Sumsel.
“Rencana mengganti proyek monorel
menjadi LRT itu belum final. Hal itu dikarenakan, kami masih menunggu
keputusan dari Kementerian Perhubungan, apakah menyetujui proyek monorel
atau LTR. Tetapi, kami optimis LTR, karena lebih efektif dan efisien,
serta menguntungkan,” tuturnya.
Uzirman mengungkapkan Pemprov
Sumsel sudah menyelesaikan Detail Engineering Design (DED), feasibility
study, dan penentuan trase-trase yang akan dilewati. Menurutnya, baik
trase maupun stasiun pemberhentiannya akan sama seperti rencana monorel.
Dia
menilai monorel dan LTR memiliki beberapa kesamaan antara lain
menggunakan sumber tenaga listrik, mengurangi kemacetan, dan bisa
membawa sampai empat gerbong. Hanya saja, perbedaannya pada pijakan rel.
“Monorel
pijakannya tunggal menjepit atau mencengkram rel. Kalau LTR, sama
seperti rel kereta api biasa. Jadi kalau listrik mati, penumpang LTR
bisa langsung turun dan jalan sampai stasiun terdekat dan sifatnya lebih
aman,” katanya.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Pemprov Sumatra
Selatan berencana mengubah rencana pembangunan monorel dengan dua
koridor menjadi hanya satu koridor karena mempertimbangkan lamanya waktu
pengerjaan proyek.
Dinas Perhubungan Sumsel mengungkapkan
pengerjaan satu koridor saja memakan waktu hingga 2,5 tahun. Oleh karena
itu, pengerjaan satu koridor untuk proyek monorel di Kota Palembang itu
terpaksa dilakukan agar dapat digunakan sebelum 2018 mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar